06 May 2013
Kondisi sepak bola Indonesia benar benar sangat kacau, bagaimana tidak dualisme liga yang tidak jelas serta pengurus PSSI yang tidak capable membuat semuanya terasa runyam. Sepakbola yang sejatinya hiburan rakyat alat penyatu bangsa terkontaminasi oleh politik yang kian lama mengikis semangat sepakbola Indonesia yang hakiki. Sudah terjadi banyak KLB PSSI bahkan bersatunya kembali La Nyala dengan Djohar Arifin namun keduanya sama saja.
Coba kita tengok dari ISL, bagaimana bisa kampanye politik terang terangan di lapangan hanya karena disiarkan langsung oleh TV yang mencalonkan. Belum lagi papan board iklan yang menampilkan beberapa kepala daerah, kalau alasanya icon dari daerah kenapa tidak potensi daerah yang ada di gambar ?
Di Italy memang pemilik saham club kebanyakan politisi namun saya tidak pernah menemukan hal hal yang berbau kampanye disana, mereka berkampanye dengan kebijakanya bukan menjadikan club sebagai “alat kampanye”.
IPL juga sama saja jadwal yang amburadul hingga banyak yang WO bahkan mengundurkan diri dari liga. Perlu ada gerakan untuk membuka mata, hati dan pikiran kita semua karena pengurus PSSI harus benar benar di ”Reformasi” jika akan terus seperti ini. Akankah kita mau dibodohi menjadi “alat kampanye” atau juga ma uterus terusan menjadi club yang mengandalkan APBD. Sudah saatnya kita bawa sepak bola Indonesia selangkah lebih maju.
Saya belakangan ini mengamati club dari Yogyakarta PSS Sleman . PSS Sleman merupakan salah satu tim yang mandiri dan bebas dari polusi politik serta mempunyai animo supporter yang luar biasa. Bagaimana tim kecil bisa mengontrak pemain sekelas Noh Alamsyah yang notabene harganya masi sangat mahal? Bagaimana setiap pertandingan home mereka rata rata memperoleh pemasukan 350 juta ?. Ya tanpa politik kita masi bisa berpijak itulah yang membuat saya kagum dengan tim asal Yogyakarta ini. Kedewasaan supporternya pun luar biasa walaupun saya sempat geli supporter PSS terancam kena sangsi padahal hanya melempar ribuan roll kertas, diluar sana bukanya banyak yang melempar botol yang sejatinya lebih berbahaya dicuekin aja. Belum lagi tim kesayangan mereka benar benar dikerjain jadwal amburadul tanpa memikirkan kondisi fisik hingga muncul tim baru yang berpartisipasi dalam liga. Penyatuan liga juga sama saja Dari ISL 18 tim dari IPL 4 tim dan devisi utama ISL lalu bagai mana dengan divisi utama IPL apakah itu adil? Sejatinya penyatuan liga adalah membubarkan keduanya dan membuat satu liga dengan nama LIGA INDONESIA yang pesertanya diaudit secara professional dari segi apapun untuk menempati kasta tertinggi.
Satu gerakan yang sempat ada di pikiran saya “One Night for Sleman” .Bukan demo anarkis atau pun teriak teriak menyampaikan aspirasi dan pasti tidak didengar namun gerakan kreatifitas yang luar biasa saat PSS berlaga. Mungkin bisa dengan gerakan koreo dari tribun Slemania, tribun merah, dan tribun BCS saya yakin bisa dengan bantuan Slemania dan BCS tentunya. Bisa dillakukan saat kick off jadi tidak menggangu aksi koreo BCS dan Slemania di awal babak kedua seperti biasanya. Di akhir kick off kita bisa lakukan red flare party seperti saat melawan PERSEBANGA. Kita tunjukan sekali lagi siapa Sleman, kita paksa media yang asing meliput kita untuk melihat kita bukan untuk ketenaran tapi untuk aspirasi kita merubah sepak bola Indonesia. Kalian pernah menggebrak dunia dengan menempati peringkat 4 ultras dunia dan saya yakin kalian bisa lebih. Saat gerakan ”One Night for Sleman” berlangsung silahkan update status media sosial kalian dengan #One Night for Sleman dan pasang foto di media sosial dengan gambar tentang itu gambar bisa diambil di sini. Ajak seluruh keluarga dan teman untuk datang pada gerakan ”One Night for Sleman” untuk mmbuat atsmosfer lebih hidup. Kalian bisa lakukan ini sekali lagi untuk PSS, untuk Indonesia, dan untuk Kalian yang luar biasa Sleman fans.
Go big Slemania & Brigata Curva sud
Ayo PSS
Forza Sleman Ale Ale
kompasiana.com
[ by : NB ]