04 June 2007
Bukan sesuatu yang mustahil PSS Sleman berlaga di kancah Asia, mengikuti kontestan-kontestan liga Indonesia yang sudah lebih dulu berpetualang bersama klub-klub Asia. Sebut saja Persik Kediri dan Arema Malang. Tentunya banyak hal yang harus dilakukan oleh squad PSS Sleman, manajemen dan tidak ketinggalan Slemania sebagai pasukan pendukung. Melihat prestasi PSS Sleman yang sempat terpuruk di awal putaran pertama Divisi Utama Liga Djarum 2007 mustahil bagi anak-anak Sleman ini untuk tetap bertengger dalam Divisi Utama. Horacio yang notabene sebagai motor penggerak dinilai tidak mampu membangun kekuatan PSS Sleman. Beralih ke Rudy Keltjes yang dinilai dapat mengembalikan performa anak-anak Sleman.
Tangan dingin Keltjes secara kilat dapat membangun tim yang lebih baik. Terbukti, kemenangan demi kemenangan diraih di kandang maupun saat bermain tandang. Tim-tim tangguh sekelas PSIS, PSMS, dab Persija berhasil dikandaskan. Hal ini setidaknya dapat mendongkrak dari papan bawah ke posisi 11 klasemen. Tentunya tidak berhenti sampai disitu saja. Pengalaman dan prestasi menjadi modal utama untuk dapat bermain di lapangan hijau internasional. Hal ini tidak lepas dari sikap manejemen sebagai pengelola tim terhadap tim yang dikelolanya. Tumbuhnya manajemen pangabdian akan berpengaruh besar dalam perkembangan PSS Sleman.Manajemen pengabdian sama sekali bukan tanpa bayaran, tidak menerima gaji. Seperti Omar Bakrie yang digambarkan oleh penyanyi Iwan Fals. Pegawai negeri, mengabdi sepenuh hati, tapi tetap menerima gaji.
Pengabdian terhadap suatu bidang menimbulkan rasa cinta, fanatisme yang tinggi, sehingga dalam melakukan suatu tindakan sering tidak memperhitungkan berapa yang ia peroleh. Dalam klub maupun organisasi apa pun yang memiliki gerak di sepakbola, pengabdian memunculkan kecintaan kepada sepakbola. Fanatisme yang tinggi kepada permainan si kulit bundar. Sehingga kalau ada sesuatu yang berbau negatif dalam timnya, ia sangat terusik. Bagaimana berpikir ke depan, bagaimana rasanya hati ini jika PSS Sleman gagal mempertunjukkan permainannya di lapangan hijau nasional, apalagi mau melaju ke internasional. Tentunya jangan sampai membuat kehilangan fanatisme sepakbola, kehilangan hati nurani sepakbola, kehilangan rasa cinta sepakbola.
Kembali ke Liga Champions Asia yang selalu bergulir setiap tahunnya. Hanya juara dan runner up liga domestik dan piala liga yang berhak mengikiti turnamen ini. Untuk sampai ke sana, PSS Sleman otomatis harus mencapai minimal posisi runner up Liga Indonesia. Entah tahun berapa, prestasilah yang dapat menjawabnya. Bagaimana mewujudkan mimpi tersebut? kesatuan antara Squad, manajemen serta dukungan penuh dari Slemania yang dapat menjawabnya. Salam satu hati! Slemania.
[ by : Andreas Anggi/PPL ]